Tablet Tambah Darah untuk Anak SMA:

Inovasi Mencegah Stunting di Indonesia

Kautsar Saleksa

Abstrak :

Stunting adalah masalah gizi kronis yang masih menjadi tantangan di Indonesia, terutama pada anak usia sekolah menengah atas (SMA). Salah satu upaya untuk mencegah stunting adalah dengan memberikan tablet tambah darah yang mengandung zat besi dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk meningkatkan produksi hemoglobin. Artikel ini membahas tentang inovasi pemberian tablet tambah darah pada anak SMA sebagai salah satu cara mencegah stunting di Indonesia. Pembahasan meliputi pengertian stunting, faktor penyebab stunting pada anak SMA, manfaat tablet tambah darah, dan implikasi pemberian tablet tambah darah dalam mencegah stunting di Indonesia.

Kata Kunci: stunting, anak SMA, tablet tambah darah, zat besi, vitamin.

Stunting merupakan masalah gizi kronis yang diakibatkan oleh kekurangan gizi dan berdampak buruk pada pertumbuhan fisik dan kognitif anak. Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka stunting tertinggi di dunia, karena Indonesia menjadi negara dengan prevalensi stunting tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Timor Leste. Berdasarkan laporan Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB), tingkat prevalensinya mencapai 31,8% pada tahun 2020. Anak usia sekolah menengah atas (SMA) menjadi salah satu kelompok rentan terkena stunting, terutama pada anak yang tinggal di daerah pedesaan dan memiliki akses terbatas terhadap makanan bergizi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting pada anak SMA adalah dengan memberikan tablet tambah darah yang mengandung zat besi dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh.

Faktor penyebab stunting pada anak SMA meliputi faktor gizi, kesehatan, dan lingkungan. Anak SMA yang kekurangan gizi dapat mengalami stunting karena tubuhnya tidak mendapatkan zat-zat penting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan zat besi dan vitamin adalah salah satu penyebab utama stunting pada anak SMA. Zat besi dan vitamin yang kurang dalam tubuh dapat mempengaruhi produksi hemoglobin, sehingga anak menjadi mudah lelah dan sulit berkonsentrasi saat belajar di sekolah. Presiden Republik Indonesia Joko Widodo juga menyebut, stunting tidak hanya mengenai tinggi badan, namun yang lebih berbahaya ialah rendahnya kemampuan anak dalam belajar dan kondisi keterbelakangan mental.

Tablet tambah darah yang mengandung zat besi dan vitamin dapat membantu meningkatkan produksi hemoglobin dalam tubuh anak. Selain itu, tablet tambah darah juga dapat membantu meningkatkan nafsu makan dan memperbaiki sistem kekebalan tubuh anak. Pemberian tablet tambah darah pada anak SMA dapat membantu mencegah stunting dan meningkatkan kualitas hidup anak.

Oleh karena itu, tablet tambah darah dapat menjadi salah satu inovasi yang efektif untuk mencegah stunting pada anak SMA di Indonesia. Dalam implementasinya, perlu dilakukan kerja sama antara pihak sekolah, orang tua, dan tenaga kesehatan untuk memastikan tablet tambah darah dikonsumsi dengan benar dan tepat waktu. Pemerintah juga dapat mendukung program ini dengan memberikan akses dan subsidi terhadap tablet tambah darah untuk anak SMA yang membutuhkan. Lebih lanjut, presiden menargetkan prevalensi stunting anak di Indonesia menurun menjadi 14% pada tahun 2024 mendatang.

Selain itu, perlu dilakukan evaluasi secara berkala terhadap program pemberian tablet tambah darah untuk memastikan efektivitas dan keberhasilannya dalam mencegah stunting. Evaluasi tersebut dapat dilakukan melalui pemantauan pertumbuhan fisik dan kognitif anak serta peningkatan nilai akademik anak.

Sebagai kesimpulan, pemberian tablet tambah darah pada anak SMA dapat menjadi inovasi yang efektif dalam mencegah stunting di Indonesia. Diperlukan dukungan dari berbagai pihak dan evaluasi yang berkala untuk memastikan keberhasilan program ini dalam meningkatkan kualitas hidup dan masa depan anak-anak Indonesia.

Daftar Pustaka:

– Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2018). Riset Kesehatan Dasar 2018. Kementerian Kesehatan RI.

– Black, R. E., et al. (2013). Maternal and child undernutrition and overweight in low-income and middle-income countries. The Lancet, 382(9890), 427-451.

– Kementerian Kesehatan RI. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2019 tentang Standar Gizi Masyarakat. Jakarta.

– World Health Organization. (2017). Iron Deficiency Anaemia: Assessment, Prevention, and Control. Geneva: World Health Organization.

https://goodstats.id/article/prevalensi-stunting-di-asia-tenggara-tinggi-bagaimana-dengan-kondisi-di-indonesia-BN9dm diakses pada 14 Mei 2023, pukul 08.23

Leave a Comment