APA SAJA SIH DAMPAK DARI PERNIKAHAN DINI DAN KEHAMILAN DI USIA REMAJA?
DAMPAK DARI PERNIKAHAN USIA DINI
Pernikahan dini adalah kondisi pernikahan yang melibatkan pengantin diusia masih tergolong remaja. Pernikahan dini masih banyak terjadi di beberapa daerah bahkan ada beberapa tradisi yang menjadikan pernikahan dini sebagai salah satu adat. Orang tua pengantin perempuan yang melakukan pernikahan dini kepada anaknya tak jarang juga mengharapkan kehamilan atau seorang cucu.
Pernikahan dini kerap terjadi dimana mana. Berdasarkan hasil observasi pernikahan dini di usia 15-18 tahun disebabkan karena:
1. Kondisi ekonomi yang serba kekurangan
2. Desakan orang tua agar aman dari pergaulan bebas
3. Adanya sistem budaya
Persepsi masyarakat sekitar mengenai menikah di usia muda berbeda beda. Ada yang menganggap hidup berumah tangga lebih nikmat serta khawatir anaknya menjadi ‘perawan tua’ atau ‘bujang tak laku’. Hal tersebut tentu menyebabkan sebagian anak ingin segera menikah dan orang tua mendukung pernikahan muda tersebut. Padahal pernikahan dini dapat menyebabkan berbagai dampak seperti:
1. Dampak terhadap kesehatan jasmani
Kondisi rahim wanita yang masih terlalu dini dapat menyebabkan kandungan lemah dan sel telur masih belum sempurna sehingga kemungkinan anak akan lahir secara prematur maupun cacat.
2. Dampak terhadap psikologis
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai adanya gejolak emosi yang tidak stabil dan juga dikenal sebagai masa pencairan identitas diri. Kondisi jiwa yang tidak stabil akan berpengaruh pada hubungan suami istri, akan banyak konflik yang terjadi dan mengakibatkan perceraian jika masing-masing individu tidak dapat mengendalikan diri.
3. Dampak terhadap perkembangan anak
Dari emosi yang tidak stabil akan berpengaruh pada pola asuh orang tua pada anaknya, padahal dalam perkembangannya anak membutuhkan lingkungan keluarga yang tenang, penuh harmonis, serta stabil sehingga anak merasa aman dan berkembang secara optimal.
4. Dampak terhadap sikap masyarakat
Memutuskan untuk menikah berarti harus siap dengan mengalami perubahan dari segi sosial akibat adanya hak dan kewajiban sebagai istri atau suami dan ibu atau ayah. Hal ini jelas memiliki beban dan tanggung jawab yang tidak ringan dalam masyarakat.
DAMPAK DARI KEHAMILAN DI USIA REMAJA
Kehamilan di usia remaja adalah suatu kondisi dimana remaja yang masih berusia kurang dari 20 tahun sedang hamil atau mengandung janin. Dibeberapa kasus juga terjadi kehamilan yang tidak diinginkan yang berujung pada Pernikahan dini, Padahal Kehamilan di usia dini atau usia kurang dari 20 tahun berdampak negatif bagi kesehatan remaja dan bayi. Menurut WHO, komplikasi kehamilan atau persalinan merupakan penyebab utama kematian untuk remaja perempuan berusia 15-19 tahun.
Sebab, secara umum tubuh remaja belum siap untuk melakukan proses persalinan. Selain itu, bayi yang lahir dari ibu remaja juga memiliki risiko kematian yang lebih tinggi. Adapun risiko yang dapat terjadi pada kehamilan remaja, di antaranya:
- Kurang perawatan prenatal
Kehamilan remaja, terutama yang tidak mendapat dukungan dari orang tua, berisiko tidak mendapat perawatan prenatal yang memadai.
Padahal, perawatan prenatal sangatlah penting, khususnya untuk bulan-bulan pertama kehamilan.
Perawatan prenatal dapat mendeteksi masalah pada ibu dan bayi, memantau pertumbuhan bayi, dan menangani sesegera mungkin komplikasi yang muncul.
- Tekanan darah tinggi
Hamil usia dini memiliki risiko lebih tinggi terkena tekanan darah tinggi (hipertensi) dibandingkan dengan wanita yang hamil pada usia 20-30 tahunan. Kehamilan remaja bahkan memiliki risiko preeklampsia yang lebih tinggi.
Preeklampsia merupakan kondisi medis pada proses kehamilan yang berbahaya. Ini bisa menyebabkan tekanan darah tinggi, protein berlebih dalam urine, pembengkakan di tangan dan wajah, serta kerusakan organ.
Preeklampsia dapat mengganggu pertumbuhan janin dan memicu komplikasi kehamilan lebih lanjut.
- Bayi lahir prematur
kementrian kesehatanmenyatakan bahwa hamil di usia dini lebih berpotensi mengalami persalinan prematur.
Semakin dini bayi lahir, semakin besar pula risiko masalah pernapasan, pencernaan, penglihatan, kognitif, dan masalah lainnya yang dapat terjadi pada bayi.
- Penyakit menular seksual
Remaja yang berhubungan seks tanpa pengaman lebih rentan terkena penyakit menular seksual, seperti klamidia, herpes, atau HIV, apalagi jika mereka belum bisa menjaga organ reproduksinya.
Jika terjangkit penyakit menular seksual dan dinyatakan hamil, kondisi ini dapat membahayakan kehamilan, seperti membentuk kehamilan ektopik atau menularkan penyakitnya pada janin.
- Depresi pasca persalinan
Hamil di usia remaja berisiko lebih tinggi mengalami depresi pascapersalinan. Ketika mengalami depresi, seseorang akan merasa sedih, stres, frustasi, bahkan enggan untuk merawat bayinya.
Kondisi ini tentunya akan mengganggu proses merawat bayi baru lahir, bahkan bayi bisa tidak mendapat nutrisi yang cukup.
SHIHA NAILA RIZKIA(25) dan VERNA ARGIYANTI(30)